Strategi Pemasaran

TUGAS KELOMPOK  RISET PEMASARAN

RANGKUMAN JURNAL ILMIAH

Oleh:

Fahmi Edi Wiranta/11206194 & Wahyu Kristya Prabowo/11206014

PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN MELALUI PENENTUAN PRIORITAS TRAPEZOIDAL FUZZY NUMBER

(Studi Kasus Industri Minuman Tradisional)

ABSTRAK

Persaingan di dunia industri semakin ketat seiring dengan terus meningkatnya laju pertumbuhan industri. Persaingan ini mengakibatkan setiap industri lebih jeli dalam merumuskan strategi pemasaran perusahaannya. PT. X merupakan industri minuman tradisional yang berada pada skala Industri Kecil Menengah. Permasalahan utama industri ini adalah terbatasnya dana untuk mengembangkan usaha dan menjalankan kegiatan pemasaran. Saat ini pertumbuhan pasar industri sebesar 16,67%, sedangkan pangsa pasar relatif terhadap pesaing utama adalah 0,07. Matriks Boston Consulting Group menyatakan bahwa perusahaan berada pada posisi tanda tanya. Terdapat 13 variasi yang ditawarkan untuk menentukan prioritas kepentingannya oleh 7 orang pakar. Sebanyak 3 strategi terpilih melalui Trapezoidal Fuzzy Number, yaitu menambah pasar baru melalui pengembangan produk baru (72,72), bermitra dalam investasi (71,50) dan menerobos pasar yang ada (70,93). Strategi pertama dirumuskan dengan mengembangkan variasi kemasan dan variasi produk. Strategi kedua dirumuskan dengan sikap proaktif perusahaan dalam mencari informasi mengenai investor untuk menjalin kerjasama dalam bidang investasi dengan perusahaannya. Strategi ketiga dirumuskan dengan sikap dan komitmen perusahaan untuk menjamin ketersediaan produk dan menjaga kualitas produk.

Kata kunci: industri minuman tradisional, matriks boston consulting group, trapezoidal fuzzy number, strategi pemasaran.

1. PENDAHULUAN

Lingkungan dimana perusahaan beroperasi berubah dengan cepat, baik politik, sosial, ekonomi maupun teknologi. Perubahan lingkungan tersebut akan membuat pelaku industri untuk

selalu mengevaluasi rencana bisnis, dan menuntut perusahaan untuk mampu merencanakan bisnisnya dengan baik agar dapat bertahan, tumbuh dan berkembang.

Secara tradisional pemasaran merupakan salah satu fungsi dari berbagai macam fungsi lainnya. Pada saat tingkat persaingan semakin meningkat maka pemasaran tidak hanya dianggap suatu fungsi melainkan harus dijadikan suatu konsep bisnis strategis. Semua pelaku dalam suatu perusahaan memiliki tanggung jawab yang sama dalam rangka menjalankan suatu bisnis.

Suatu strategi pemasaran harus dibuat dengan memperhatikan semua lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Strategi pemasaran sangat spesifik bagi setiap perusahaan. Hal ini disebabkan faktor internal dan eksternal perusahaan berbeda bagi setiap perusahaan.

2. TUJUAN PENELITIAN

• Menentukan prioritas tingkat kepentingan strategi pemasaran.

• Merumuskan strategi pemasaran.

3. FORMULASI PERMASALAHAN

Visi dan misi perusahaan adalah melayani konsumen dengan selalu menjamin ketersediaan produk dan memperhatikan kualitas produk. Sebagai salah satu IKM yang bergerak di bidang industri minuman tradisional, industri ini sangat terbatas dalam pendanaan. Dapat dikatakan bahwa industri ini sama sekali tidak melakukan kegiatan promosi, karena terbatasnya dana yang dimiliki. PT. X hingga saat ini tidak memiliki kesempatan untuk memperkenalkan produknya secara formal, sehingga citra akan produknya sangat lambat diterima oleh konsumen. Hal ini terutama disebabkan oleh terbatasnya dana yang dimiliki perusahaan untuk melakukan kegiatan pemasaran.

4. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penentuan prioritas strategi dilaksanakan berdasarkan Trapezoidal Fuzzy Number (TrFN).

Pemilihan strategi dilaksanakan dengan mengetahui posisi perusahaan melalui pendekatan matriks Boston Consulting Group (BCG).

5. MANFAAT PENELITIAN

Diharapkan perusahaan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya. Dan dapat memberikan masukan mengenai posisi perusahaan dari segi pertumbuhan dan pangsa pasar. Selain itu, perusahaan dapat memperoleh masukan mengenai perumusan strategi pemasaran.

6. METODOLOGI PENELITIAN

Faktor lingkungan diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pemilik perusahaan. Pendekatan matriks BCG dilakukan untuk mengetahui posisi perusahaan. Kemudian ditentukan strategi pemasaran yang dapat dirumuskan bagi perusahaan. Pemilihan berdasarkan prioritas dilakukan dengan pendekatan TrFN. Strategi pemasaran dirumuskan berdasarkan strategi yang terpilih prioritasnya.

7. HASIL DAN ANALISIS PEMBAHASAN

<span style="font-size:12pt;font-family:"”>7.1 Produk

Saat ini, PT. X telah memproduksi 2 jenis produk. Produk yang pertama kali diproduksi adalah jahe ginseng instan dalam kemasan toples 360 gram. Produk yang kedua adalah jahe ginseng  instan dikombinasi dengan kopi dan krimer, diproduksi dalam kemasan sachet 25 gram. Kedua produk didistribusikan melalui industri Multi Level Marketing (MLM) dan dipasarkan langsung ke toko klontong dan warung sekitar. Kendala pendanaan yang mengakibatkan perusahaan tidak dapat memasukkan produknya ke swalayan maupun minimarket. Sehingga produk ini lebih banyak dipasarkan secara tidak langsung oleh MLM terkait. Kegiatan pemasaran yang berhasil dilakukan adalah mengikuti pameran di Departemen UKM dan Koperasi, atau melakukan promosi langsung ke koperasi perusahaan.

7.2 Faktor Lingkungan Perusahaan

Dengan lokasi yang menyudut di Cileungsi, kerahkan tenaga penjual untuk mengadakan

pendekatan ke koperasi industri di wilayah Cileungsi. Kesadaran konsumen terhadap kualitasproduk harus dijadikan prinsip utama dalam menghadapi realitas minimnya modal dan rendahnya ketrampilan karyawan, maka dirasa sangat perlu untuk membina hubungan baik dengan pemerintah dan pembina IKM. Memanfaatkan jalur distribusi yang ada saat ini, dengan tetap berusaha untuk selalu menjaga ketersediaan produk. Memaksimalkan kinerja tenaga penjual yang ada saat ini dan menjalankan kegiatan untuk mengenalkan image produk terhadap konsumen.

7.3 Posisi Perusahaan

Matriks BCG adalah model yang membagi sebuah daerah dengan dua garis yaitu vertikal

dan horizontal menjadi empat kuadran, yaitu bintang, tanda tanya, anjing dan sapi perah. (Jauch

dan Glueck, 1995). Data yang dibutuhkan matriks BCG adalah data volume penjualan PT. X

tahun 2004 dan 2005, serta data volume penjualan kompetitor.

Volume Penjualan

No. Tahun Jenis Produk Volume Penjualan (Rp.)

1. 2004 Jahe Ginseng Toples 405.600.000

2. 2004 Jahe Ginseng Kopi Krimer Sachet 120.000.000

3. 2004 Jahe Ginseng Kopi Krimer Sachet Dus 135.000.000

Total Tahun 2004 660.600.000

4. 2005 Jahe Ginseng Toples 473.200.000

5. 2005 Jahe Ginseng Kopi Krimer Sachet 140.000.000

6. 2005 Jahe Ginseng Kopi Krimer Sachet Dus 157.500.000

Total Tahun 2005 770.700.000

Dalam kondisi ini dihadapi masalah pangsa pasar yang rendah, dan terjadi justru pada

kondisi pertumbuhan yang tinggi, kondisi ini seolah-olah memberi kesan bahwa cash flow lemah.

Kondisinya merupakan yang paling buruk, karena kebutuhan dananya besar sekali, tetapi

kemampuan menghasilkan dana rendah. Tanda tanya harus diubah menjadi bintang, kemudian

sapi perah.

Posisi Perusahaan

Strategi ke-13 yaitu bermitra dalam investasi merupakan startegi yang diusulkan perusahaan.

Mengingat kendala yang dimiliki perusahaan ini dalam mengembangkan industrinya adalah

pendanaan kegiatan produksi dan promosi.

7.4 Prioritas Strategi Pemasaran

Teori fuzzy set diikenalkan oleh Zadeh untuk penanganan ketidakpastian, yang disebut dengan pendekatan fuzzy. Teori fuzzy set adalah pendefinisian yang paling sempurna untuk memodelkan ketidakpastian. Kemampuan fuzzy set dalam mengatasi ketidakpastian sangat penting untuk semua situasi pada saat informasi yang tersedia tidak tepat dan ketidakpastian yang berhubungan dengan data tidak dapat dihindarkan. (Marimin, 2002).

Tahap Linguistik Fuzzifikasi dan TrFN pendapat pakar

SP = Sangat penting 0 – 20 (0; 0; 10; 20)

P = Penting 18 – 39 (18; 25; 32; 39)

CP = Cukup Penting 37 – 59 (37; 44,33; 51,67; 59)

TP = Tidak Penting 57 – 79 (57; 64,33; 71,67; 79)

STP = Sangat Tidak Penting 77 – 99 (77; 84,33; 91,67; 99)

TrFN Pendapat Pakar

Nilai Kriteria

1. Pertumbuhan perusahaan 64,15

2. Mempertahankan pangsa pasar 62,16

3. Memaksimalkan volume penjualan 58,68

4. Mempunyai peluang ekspor 57,86

5. Menjalin kemitraan 53,19

Setelah diperoleh kriteria penilaian alternatif yang paling penting bagi perusahaan ini dalam  mengembangkan industrinya, berikutnya adalah menentukan prioritas variasi strategi. Strategi yang diprioritaskan untuk dilaksanakan perusahaan adalah strategi dengan nilai crips TrFN terbesar. Nilai crips merupakan suatu nilai yang diperoleh berdasarkan perhitungan Center of Geometri (CoG). Nilai crips merupakan hasil akhir dari pendekatan TrFN.

Hasil Perhitungan Nilai Crips TrFN Alternatif Variasi Strategi

1. Menerobos pasar yang ada 70,93

2. Menambah produk baru 57,27

3. Menambah pasar baru melalui pengembangan produk baru 72,71

4. Pengambilalihan/Akuisisi 52,70

5. Merger 49,86

6. Mencari sinergi produk, pasar atau fungsi baru 62,97

7. Diversifikasi konglomerat dalam produk 50,46

8. Menambah produk komplementer 56,72

9. Menambah fungsi baru produk 54,46

10. Inovatif 60,70

11. Gerakan kewirausahaan 61,24

12. Imitator dalam pengembangan produk 48,19

13. Bermitra dalam investasi 71,50

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa tiga strategi yang memiliki nilai tertinggi pertama yaitu menambah pasar baru melalui pengembangan produk baru dengan nilai 72,72. Kedua adalah bermitra dalam investasi dengan nilai 71,50. Ketiga adalah menerobos pasar yang ada dengan nilai 70,93.

Strategi pertama menunjukkan bahwa sudah saatnya perusahaan untuk memikirkan

pengembangan produk baru. Pengembangan produk yang dapat dilaksanakan adalah mengembangkan variasi kemasan jahe ginseng. Yang semula hanya dalam kemasan toples, dikembangkan menjadi jahe ginseng dalam kemasan sachet. Mengingat posisi industri yang terletak di kawasan  industri Cileungsi, dan jika produk dijual dalam kemasan sachet tentunya harganya lebih murah  karena bobot bersihnya hanya 25 gram sementara kemasan toples 360 gram, sehingga kondisi ini akan lebih memudahkan karena dapat cepat dinikmati.

Pengembangan variasi produk adalah jahe ginseng beras kencur. Mengingat konsumennya banyak tenaga kerja pabrik, produk ini cocok untuk diluncurkan di sekitar kawasan industry Cileungsi. Terutama diperuntukkan bagi tenaga kerja yang bekerja pada shift malam hari. Variasi produk yang dapat dikembangkan antara lain sirup jahe, sereal jahe ginseng madu, permen jahe dan parem kocok.

Pada strategi kedua, yang dimaksud bermitra dalam investasi adalah menjalin hubungan dengan investor, baik investor berasal dari perusahaan manufaktur maupun jasa. Investor disini selain diharapkan memberikan suntikan dana untuk investasi, juga dapat memberikan penyuluhan dalam mengatur keuangan PT. X agar di masa yang akan datang, dapat lebih mahir lagi  memanfaatkan dana yang ada. Strategi ketiga adalah menerobos pasar yang ada. Pangsa pasar perusahaan saat ini terbagi dua, yaitu konsumen menengah ke atas dan menengah ke bawah. Produk dalam kemasan toples lebih diminati konsumen menengah ke atas. Sedangkan segmen menengah ke bawah, yaitu tenaga kerja atau buruh pabrik, khususnya untuk produk dalam kemasan sachet yang harganya sangat terjangkau yaitu Rp.800,-.

Strategi ketiga adalah perusahaan harus menjaga produksinya agar dapat selalu menyediakan produknya setiap saat konsumen meminta. Dengan kata lain, perusahaan harus menjaga ketersediaan produk dan kualitas produk. Sehingga perusahaan tidak membiarkan konsumennya meninggalkan produknya karena produk pesaing lebih mudah diperoleh ketersediaannya.

8. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

• Strategi terpilih adalah menambah pasar baru melalui pengembangan produk baru bernilai

72,72, bermitra dalam investasi bernilai 71,50 dan menerobos pasar yang ada bernilai 70,93.

• Perumusan strategi pemasaran strategi pertama adalah pengembangan variasi kemasan dan

variasi produk. Kedua, mencari informasi sebanyak mungkin untuk mengajak kerjasamadalam investasi. Ketiga, tetap memperhatikan ketersediaan produk agar pangsa pasar yang sudah dimiliki tidak direbut oleh pesaing lama maupun pendatang baru di industri ini.

8.2 Saran

• Perusahaan sebaiknya berusaha untuk melaksanakan distribusi produk secara langsung, tanpa

menggantungkan diri pada kerjasama dengan MLM.

• Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perkembangan bisnis PT. X di masa

depan, dan melihat kemampuan perusahaan bertahan dalam dunia persaingan industri

berbahan baku jahe. Pendekatan simulasi dapat digunakan untuk penelitian lanjutan.

Tinggalkan komentar